Memperingati 2 Tahun WannaCry Membuat Geger Dunia, Jutaan Komputer Masih Rawan Serangan
Pada tanggal 13 Mei 2017 dua tahun lalu, sebuah ransomware yang tangguh bernama WannaCry mulai menyebar di seluruh dunia. Ransomware ini menyebar dengan sangat cepat, mengenkripsi ratusan ribu komputer di lebih dari 150 negara hanya dalam waktu hitungan jam saja. WannaCry adalah ransomware pertama yang menyebar ke seluruh dunia dan dianggap sebagai serangan cyber yang terkoordinasi. Ransomware adalah malware yang “menyandera” data yang disimpan korban di dalam komputernya dan menuntut tebusan dalam bentuk cryptocurrency jika korban ingin datanya dikembalikan.
Ingin buat website yang menarik dan profesional pastikan ke velocity developer
Beberapa rumah sakit yang tersebar di Inggris mendeklarasikan “insiden besar” setelah sistem komputer mereka dimatikan oleh WannaCry, selain rumah sakit sistem yang ada di kantor pemerintahan, jaringan transportasi kereta, perusahaan-perusahaan swasta juga terkena dampaknya. Peneliti keamanan sistem komputer kemudian menyimpulkan bahwa ransomware ini menyebar seperti worm dari satu komputer ke komputer yang lainnya dan kemudian menyebar melalui jaringan menggunakan protokol Windows SMB. Kecurigaan kemudian mengarah pada perangkat peretas dengan tingkat kerahasiaan yang tinggi yang dikembangkan oleh NSA (National Security Agency), yang mana beberapa minggu sebelumnya dilaporkan telah dicuri kemudian dipublikasikan secara online dan bisa diakses semua orang.
Diketahui sebuah grup yang tak dikenal namanya kemudian memanfaatkan perangkat peretas NSA tersebut untuk melancarkan serangan. Microsoft kemudian mengeluarkan patches setelah mengetahui bahwa WannaCry menarget pengguna sistem operasinya, tapi sayangnya pengguna Microsoft maupun perusahaan bergerak terlalu lamban dalam menginstal patches dari Microsoft dibandingkan dengan kecepatan penyebaran ransomware. Hanya dalam hitungan jam, WannaCry telah menimbulkan kerugian milyaran dollar AS sedangkan Bitcoin wallet yang ditujukan untuk menerima pembayaran dari korban makin lama makin penuh padahal nyatanya tidak semua data yang disandera WannaCry dikembalikan setelah korban membayar tebusan.
Dua tahun setelah kehebohan WannaCry yang mendunia, menurut data terbaru sebanyak 1,7 juta perangkat komputer yang terhubung dengan internet masih memiliki resiko jadi korban eksploitasi dari ransomware ini, di mana katanya pengguna komputer di Amerika Serikat adalah yang paling rawan. Angka tersebut bisa jadi jauh lebih tinggi dari yang sebenarnya, karena belum termasuk jutaan perangkat yang terhubung dengan server yang terinfeksi ransomware.
Meski WannaCry dinyatakan sudah dinetralisir dan ditahan penyebarannya ke tingkat minimal, nyatanya ransomware ini tetap menyebar dan sesekali menginfeksi target-target yang tersebar di seluruh dunia. Hal ini disebabkan karena perangkat retas NSA yang bocor masih bisa digunakan untuk melancarkan berbagai macam serangan malware untuk menyerang sistem-sistem komputer yang rawan. Dengan fenomena ransomware secara global ini bisa jadi pengingat pada para pengguna komputer baik personal maupun perusahaan agar lebih awas dengan sistem keamanan dasar cyber yang harus dimiliki. Karena faktanya masih ada jutaan perangkat yang sistem keamanannya masih rawan untuk dibobol karena kebanyakan pengguna tidak paham dengan hal ini.